Semarang (5/10) . Danau merupakan badan air alami yang memiliki ukuran besar yang dikelilingi oleh daratan dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau memiliki banyak manfaat untuk berbagai kebutuhan masyarakat luas seperti sumber air untuk pertanian atau kebutuhan sehari-hari masyarakat, pembangkit listrik, mata pencaharian, pariwisata, dan lain-lain. Begitu banyak potensi yang bisa dimanfaatkan dengan adanya danau. Salah satu danau  di Kabupaten Semarang Jawa Tengah yaitu Rawa Pening. Dalam bahasa Indonesia, “Rawa Pening” berarti Rawa Bersih. Nama tersebut diberikan oleh masyarakat sekitar karena air di danau ini sangat jernih. Danau ini memiliki luas 2.670 ha yang meliputi 4 kabupaten berbeda, yaitu Banyubiru, Bawen, Tuntang, dan Ambarawa. Dengan berbagai keindahan dan potensi yang dimiliki, Rawa Pening dapat menjadi destinasi yang dapat difavoritkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Dalam rangka menjaga dan memelihara serta meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya menjaga Rawa Pening, Jasa Tirta I menggagas kegiatan Sosialisasi Pelestarian Lingkungan di sekitar Rawa Pening yang dilaksanakan di Taman Wisata Bukit Cinta, Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Selain itu, Jasa Tirta I juga mengundang pemangku kepentingan antara lain PT Indonesia Power, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, BBWS Kabupaten Semarang, Dinas Tata Ruang Kabupaten Semarang, paguyuban nelayan, warga sekitar, pengelola pariwisata, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, dan mahasiswa Universitas Diponegoro.

Sosialisasi terkait “Konservasi Lingkungan Sekitar Rawa Pening” oleh Ir. Winardi Dwi Nugraha, M.Si. salah satu dosen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro menyampaikan tentang cara penanganan eceng gondok di Rawa Pening. Hingga saat ini topik tersebut masih menjadi salah satu fokus penyelesaian permasalahan lingkungan, dimana diharapkan pertumbuhan eceng gondok di muka air dapat dikendalikan dan tetap dapat menjadi salah satu faktor penunjang perekonomian masyarakat sekitar Rawa Pening yang yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Salah satu bentuk penanganan eceng gondok yang selama ini dilakukan oleh masyarakat sekitar adalah dengan memanen eceng gondok dan menjadikannya sebagai bahan baku kerajinan atau kompos. Selain masalah banyaknya eceng gondok ternyata juga terjadi penumpukan sedimen yang menyebabkan pendangkalan di Rawa Pening dan ini menjadi masalah baru. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sedimen yang masuk sebesar 743.459 m3 per tahun, dimana salah satunya sedimen tersebut dapat berasal dari kegiatan pertanian di sekitar Rawa Pening atau bangkai tanaman eceng gondok yang mati. “Saat ini, masalah baru yang perlu diselesaikan adalah penumpukan sedimen di Rawa Pening yang menyebabkan pendangkalan dan munculnya pulau-pulau kecil,” kata ketua kelompok paguyuban nelayan tersebut. Berdasarkan sesi diskusi saat itu, diketahui bahwa masalah pendangkalan ini dapat diatasi secara vegetatif atau dengan penanaman.


Adanya kegiatan sosialisasi dan forum diskusi pelestarian lingkungan di sekitar Rawa Pening diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan mekarnya eceng gondok dan pendangkalan di Rawa Pening. Tidak cukup sampai di sini, perlu adanya tindak lanjut dari pembahasan yang telah dilakukan untuk dapat mencapai tujuan bersama terkait pelestarian lingkungan di sekitar Rawa Pening. “Untuk dapat mewujudkan pelestarian lingkungan ini, marilah kita bersama-sama baik masyarakat maupun pengambil kebijakan saling bersinergi,” ujar Ir. Winardi Dwi Nugraha, M.Si di akhir pemaparan materi.