Di tengah percepatan pembangunan nasional dan meningkatnya kebutuhan akan praktik konstruksi yang bertanggung jawab, Rahmat Tubagus Hakiem, lulusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, hadir sebagai salah satu profesional muda yang mendorong transformasi berkelanjutan di industri konstruksi dan pengelolaan limbah Indonesia.
Awal Pendidikan dan Fondasi Keahlian
Rahmat menyelesaikan studi S1 Teknik Lingkungan di Universitas Diponegoro, disusul peningkatan kompetensi teknis melalui pendidikan lanjutan di Institut Teknologi Bandung. Ketertarikannya pada sistem pengelolaan limbah dan teknologi lingkungan terlihat sejak masa kuliah, tercermin melalui penelitian mengenai pengolahan limbah berbasis microbial fuel cell.
Perjalanan Profesional
Karier Rahmat dimulai dari bidang keselamatan dan lingkungan pada proyek infrastruktur nasional, kemudian berkembang hingga bergabung dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. sebagai bagian dari tim waste management perusahaan.

Di ADHI, Rahmat berkontribusi dalam:
-
Perencanaan teknologi pengelolaan limbah industri
-
Pengembangan fasilitas limbah terintegrasi
-
Kepatuhan perizinan lingkungan dan komunikasi dengan KLHK
-
Kajian pasar limbah B3 sebagai potensi bisnis berkelanjutan
-
Penerapan standar QHSE berbasis ISO
Ia terlibat aktif dalam berbagai inovasi pengelolaan limbah sejak 2018, termasuk fasilitas pengolahan limbah terpadu, pengelolaan tanah terkontaminasi minyak, serta sistem pengelolaan limbah konstruksi untuk proyek IKN.
Kontribusi dalam Rehabilitasi Ekosistem Mangrove
Selain fokus pada waste management, Rahmat juga berperan dalam program restorasi ekosistem pesisir yang dijalankan ADHI.
Pada tahun ini, ADHI melaksanakan program rehabilitasi mangrove di Desa Sedari, Karawang, sebagai bagian dari upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Dimulai dengan penanaman 8.000 bibit mangrove pada lahan 5 hektare saat HUT ADHI ke-65, program ini terus berkembang hingga mencakup 125 hektare pada bulan November.

Rahmat Tubagus Hakiem di kawasan rehabilitasi mangrove Desa Sedari, Karawang, sebagai bagian dari komitmen ADHI dalam pemulihan ekosistem pesisir.
Targetnya adalah menanam 640.000 bibit pada lahan 525 hektare hingga 2025, dengan potensi kontribusi penurunan emisi sebesar 137 juta kgCO2eq pada 2028.
Sebagai bagian dari tim pelaksana, monitoring, dan evaluasi, Rahmat menghadapi tantangan biologis dan lingkungan dalam memastikan tingkat keberhasilan tanaman. Untuk itu, ADHI bekerja sama dengan KLHK serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan Desa Sedari dalam pemeliharaan dan perlindungan mangrove.
Inspirasi dan Pesan untuk Generasi Muda
Melalui perjalanannya, Rahmat menunjukkan bahwa profesi teknik lingkungan tidak hanya berkutat pada perencanaan teknis dan regulasi, tetapi juga menghadirkan solusi nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Ia membuktikan bahwa kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dapat dimulai dari kerja lapangan, kolaborasi komunitas, hingga penerapan standar industri.
Kisah Rahmat menjadi pengingat bahwa keberlanjutan bukan sekadar konsep akademik, melainkan misi yang membutuhkan inovasi, integritas, dan komitmen jangka panjang.
