Ketika lulusan Teknik Lingkungan memutuskan untuk menekuni isu keberlanjutan tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga melalui pendekatan sosial-politik di level regional, maka lahirlah sosok yang menginspirasi generasi muda untuk melihat keberlanjutan secara lebih luas dan berkeadilan. Itulah perjalanan Ellen Putri Edita.
Awal Perjalanan & Pendidikan
Ellen memulai kiprahnya sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan di Universitas Diponegoro. Ketertarikannya pada isu-isu sosial dan lingkungan mendorongnya melanjutkan studi ke jenjang magister di Lund University, Swedia, mengambil program Environmental Studies & Sustainability Science.
Di sana, ia mendalami isu keadilan lingkungan, tata kelola sumber daya, hingga transformasi sosial dalam pembangunan.
Komitmennya terhadap riset kritis dibuktikan melalui publikasi dan kajian mengenai transformasi sosial-ekonomi akibat pembangunan bandara baru di Yogyakarta—yang pada akhirnya menjadi bagian dari buku akademik terbitan Routledge.
Langkah Profesional & Kiprah Sosial
Sepulangnya ke Indonesia, Ellen memilih mengabdikan keahliannya di level kawasan Asia Tenggara. Ia bergabung sebagai Research Associate di ERIA – Regional Knowledge Centre for Marine Plastic Debris, mendukung pengembangan kebijakan pengurangan sampah plastik laut di kawasan.
Perannya mencakup riset kebijakan, kolaborasi dengan pemerintah ASEAN, dan penguatan kapasitas publik dalam isu ekonomi sirkular dan polusi plastik.
Saat ini, Ellen berkiprah sebagai Project Officer di ASEAN Secretariat dalam program Southeast Asia Regional Programme on Combating Marine Plastics (SEA-MaP)—mengawal agenda regional untuk menekan polusi plastik laut dan memperkuat kerangka keberlanjutan di Asia Tenggara.
Ellen juga pernah mendapat perhatian internasional, salah satunya melalui partisipasi dalam Sweden Demo Day 2019 di Stockholm dengan memperkenalkan tempe sebagai inovasi kuliner. Kegiatan ini diliput oleh Kompas.com, menyoroti antusiasme pengunjung terhadap produk tempe goreng yang disajikan.

Seorang pengunjung Sweden Demo Day mencicipi tempe goreng tepung yang disuguhkan tim Super Tempe. Mahasiswa asal Indonesia memperkenalkan tempe sebagai makanan alternatif sekaligus ide bisnis di ajang temu ribuan startup dan investor Swedia di Stockholm, Kamis (4/4/2019)
Di sisi lain, Ellen juga aktif berbagi pengetahuan melalui forum akademik, termasuk menjadi pembicara tamu di universitas-universitas Indonesia untuk membahas isu lingkungan dan keadilan sosial.
Pencapaian & Dampak
Beberapa kontribusi Ellen yang menonjol:
-
Kontributor buku akademik tentang transformasi sosial & keadilan lingkungan (Routledge)
-
Publikasi ilmiah tentang Extended Producer Responsibility dan pengelolaan limbah plastik di Asia
-
Pembicara akademik dan advokat isu lingkungan dalam forum nasional & internasional
-
Kontributor riset kebijakan tingkat ASEAN mengenai penanganan sampah laut
Melalui seluruh kiprahnya, Ellen menunjukkan bagaimana sains, kebijakan, dan advokasi sosial dapat berpadu dalam mendorong perubahan berkelanjutan.

Ellen Putri Edita menjadi pembicara tamu di FEB Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam Program Kampus Merdeka, berbagi wawasan soal isu lingkungan dan risetnya terkait pembangunan bandara baru di Yogyakarta. Antusiasme mahasiswa membuat sesi ini semakin berkesan.
Filosofi & Inspirasi untuk Mahasiswa
Bagi Ellen, keberlanjutan bukan sekadar teknis melainkan urusan keadilan, kesetaraan, dan suara masyarakat.
Perjalanannya menegaskan bahwa:
-
Ilmu lingkungan tidak hanya soal teknologi tapi juga tata kelola, hak masyarakat, dan keadilan sosial.
-
Pengalaman global adalah bekal, namun kontribusi lokal adalah panggilan.
-
Jejak karier di bidang keberlanjutan sangat luas mulai dari riset, kebijakan, hingga inovasi sosial.
Dengan visi yang terarah dan integritas dalam advokasi lingkungan yang inklusif, Ellen menjadi teladan bagi generasi muda yang ingin mengubah wajah pembangunan menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Harapan & Tantangan ke Depan
Ke depan, Ellen terus berupaya memperkuat kolaborasi lintas negara, memastikan kebijakan lingkungan ASEAN lebih inklusif, dan mendorong transisi menuju ekonomi sirkular yang berpihak pada masyarakat.
Tantangan masih besar—mulai dari kompleksitas tata kelola regional, kesenjangan kapasitas antarnegara, hingga perubahan budaya konsumsi. Namun dengan kombinasi pengalaman global, sensitivitas sosial, dan kompetensi riset-kebijakan, Ellen telah menunjukkan bahwa perubahan sistemik dimulai dari komitmen dan kerja nyata yang konsisten.
